Generasi z (gen z) dan Milenial, kini menghadapi tantangan serius dari layanan pinjaman online (peer-to-peer lending atau pinjol). Laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa hampir 40% dari total kredit macet dari pinjol berasal dari kelompok usia 19-34 tahun.
Pada 2021, jumlah peminjam usia 19 hingga 34 tahun meningkat 30%, dan terus bertumbuh hingga 40% pada 2022. Pada 2023, angka ini naik lagi menjadi 45%, dengan total pinjaman mencapai Rp 200 triliun. Tren ini diperkirakan akan terus meningkat pada 2024, mencapai 50%.
Namun, peningkatan jumlah peminjam diikuti oleh lonjakan kredit macet di kalangan gen z dan milenial. Pada 2022, kredit macet naik 35%, dan pada 2023 naik menjadi 38%, dengan sekitar 45% dari kredit macet berasal dari kelompok usia 19 hingga 34 tahun. Jika tren ini berlanjut, diperkirakan pada akhir 2024 angka kredit macet dari gen z dan milenial bisa mencapai 40%.
Kredit macet ini mencerminkan kurangnya pemahaman tentang risiko finansial. Banyak gen z dan milenial yang menggunakan pinjaman untuk kebutuhan konsumtif tanpa mempertimbangkan kemampuan membayar kembali, terutama dengan bunga tinggi.
Kredit macet dari pinjol yang tidak dikelola dengan baik bisa menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang serius. Banyak anak muda terjebak dalam utang mengalami tekanan psikologis, kehilangan aset pribadi, hingga menghadapi tindakan hukum.
Sayangnya, survei OJK menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia masih rendah, khususnya di kalangan generasi muda. Akibatnya, banyak yang membuat keputusan finansial buruk, termasuk mengambil pinjaman tanpa mempertimbangkan risiko.
Masalah kredit macet di kalangan gen z dan milenial menandakan perlunya pendekatan proaktif untuk memitigasi risiko keuangan, khususnya dalam penggunaan pinjaman online. Credit scoring dapat membantu penyedia pinjaman mendeteksi risiko sejak awal, sementara literasi keuangan yang ditingkatkan adalah solusi jangka panjang yang berkelanjutan.
Sebagai generasi yang akan memimpin Indonesia menuju Indonesia Emas 2045, gen z dan milenial harus diberikan bekal literasi keuangan yang memadai untuk mengelola keuangan dengan baik. diharapkan dengan literasi keuangan yang baik, dapat menghasilkan generasi Indonesia yang tangguh secara finansial dan tidak terjebak dalam jeratan utang.
Sumber : finansial.bisnis.com